“Kerja di bidang apa neng?” Itulah Percakapan pembuka antara aku dan driver ojek online saat mengantarkanku ke tempat kerja.
“Saya di bidang teknologi nuklir pak” jawabku seperti biasa.
“Wah, nuklir? Ngeri amat neng, nuklir kan bahaya !” Kata si bapak sambil terus berkonsentrasi dengan setirnya.
“Hehe.. setiap pekerjaan pasti punya resiko pak. Klo bapak denger nuklir nih, apa yang ada di pikiran bapak?” aku jadi penasaran dengan pandangan si bapak saat mendengar kata nuklir.
“Bom neng, terus mandul. Katanya nuklir bikin mandul ya?”
“Bener pak, salah satu dampak dari paparan radiasi adalah kemandulan. Tapi banyak juga loh pak manfaat nuklir itu.” Jawabku.
Lalu aku melanjutkan kalimatku tadi.
“Bapak tau rontgen d rumah sakit? Nah itu salah satu pengembangan teknologi nuklir juga pak, manfaat lain bisa juga untuk pengobatan kanker, membuat bibit unggul tanaman, membasmi hama, dan sumber energi baru sebagai bahan bakar pembangkit listrik tenaga nuklir, dan masih banyak lagi pak. sebenarnya, setiap hari di kita juga bersinggungan dengan radiasi dari alam loh pak, hanya saja jumlahnya masih bisa diterima, contohnya dari sinar matahari, kandungan karbon yang berasal dari makanan yang kita konsumsi, dan bahkan dari udara juga ada.”
Ini bukan kali pertama aku menjelaskan bidang yang aku geluti. Hampir setiap orang baru yang bertanya tentang pekerjaanku, pasti kaget karena aku bekerja di bidang kenukliran, apalagi aku seorang wanita. Stigma orang awam tentang nuklir yang identik dengan bom dan mandul sudah seperti gambaran umum yang langsung muncul di pikiran mereka ketika mendengar kata nuklir disebut. Tidak ada yang salah, hanya saya pikir mereka perlu tau lebih jauh tentang nuklir supaya mereka paham dan bisa menentukan pilihan. Bukan hanya tau dampak buruknya saja, tapi mereka juga harus tau manfaatnya, bagaimana perkembangan nuklir di Indonesia, dan bagaimana cara pemerintah melakukan kontrol terhadap pemanfaatan energi nuklir tersebut.
“Wah, ternyata macem-macem ya neng manfaatnya. dan banyak juga sumbernya. Selama ini bapak cuma tau dampak buruknya aja. Ngomong – ngomong tentang pembangkit listrik tenaga nuklir nih neng, setau bapak, di Indonesia mau dibangun ya? Nah itu gimana tuh neng kalau suatu saat kejadian kaya chernobyl atau ga yang kemarin di jepang itu? Kan ngeri neng..”
Si bapak ojol ini rupanya cukup update juga. Hehe..
“Nah kalau itu, pemerintah sudah mengaturnya pak. Di negara kita ini selain ada Badan tenaga nuklir nasional atau BATAN, ada juga yang mengawasi pemanfaatan teknologi nuklir, namanya badan pengawas tenaga nuklir disingkat BAPETEN. BAPETEN ini lembaga pemerintah independen yang bertanggung jawab langsung ke presiden pak. Jadi ga perlu khawatir adanya intervensi dari pihak lain saat BAPETEN melakukan tugasnya mengaudit keamanan para pengguna teknologi nuklir. Salah satu kontributor terjadinya kecelakaan nuklir di PLTN karena tidak adanya peran Badan Pengawas contohnya kecelakaan nuklir Chernobyl tahun 1986, atau tidak independennya badan pengawas seperti di Fukushima, Jepang.”
“wah baru denger saya neng, BAPETEN ngawasinnya gimana neng?”
“Caranya banyak pak, kalau saya jelasin nanti jadi kuliah 1 sks.hahaha.. intinya, Bapeten melakukan fungsi pengawasan terhadap penggunaan tenaga nuklir, yang meliputi perizinan, inspeksi dan penegakan peraturan. Jadi semisal kita mau melakukan pemanfaatan tenaga atau teknologi nuklir, kita harus ijin dulu, dari persyaratan perijinan yang kita daftarkan, jika lolos kita akan mendapatkan surat ijin pemanfaatan, setelah itu dalam waktu berjangka, bapeten akan melakukan inspeksi untuk memastikan kita melakukan semua prosedur keselamatan sesuai peraturan yang telah ditetapkan, dan ijin tersebut juga ada masa berlakunya. Ketika masa berlaku akan habis, maka kita harus memperpanjang ijin tersebut, atau jika sudah tidak digunakan lagi, maka kita harus menutup ijin dengan melampirkan surat pelimbahan. Para pekerja di bidang kenukliran juga tidak bisa sembarang orang pak. Mereka harus lulus sertifikasi dan memiliki surat ijin bekerja yang dikeluarkan oleh BAPETEN. Jadi pengawasan yang dilakukan BAPETEN itu berlapis lapis.”
“Oh gitu ya, Nah kalau masalah nuklir menyebabkan mandul itu gimana neng?” tanya si bapak.
“Kemandulan itu salah satu dampak dari radiasi. Ibaratnya gini, seperti kita minum obat, kalau dosisnya pas, kita dapat manfaatnya, tapi kalau kita minum tanpa aturan sampai melebihi dosis, bisa celaka kita, muntah – muntah, overdosis, bahkan meninggal. Nah, penggunaan zat – zat radioaktif ataupun teknologi nuklir pun juga sama pak. Dosisnya harus tepat. Tau dosis yang tepat darimana? Ya dari peraturan yang telah ditetapkan oleh BAPETEN. Namanya NBD atau nilai batas dosis yaitu Dosis terbesar yang diizinkan oleh BAPETEN yang dapat diterima oleh Pekerja Radiasi dan anggota masyarakat dalam jangka waktu tertentu tanpa menimbulkan efek genetik dan somatik yang berarti akibat Pemanfaatan Tenaga Nuklir. ” Jelasku kepada si bapak mengenai salah satu peran BAPATEN dalam menetapkan peraturan di bidang pemanfaatan teknologi nuklir.
“Panjang bener ya neng ceritanya, kalau begitu bapak jadi yakin kalau nuklir itu aman. Kan ada BAPETEN yang ngawasi.hehe..”
“iya pak, ga perlu takut kita. Asal semua bekerja sesuai prosedur keamanan. Kecelakaan nuklir itu bisa diminimalisir. Yang kita perlukan adalah saling bekerja sama satu sama lain untuk menciptakan keamanan dan keselamatan saat bekerja.”
“Pak, di depan itu kiri ya, saya sudah sampai.”
Begitulah obrolan berfaedah saya pagi ini dengan driver ojol. percakapan seperti ini berulang kali terjadi saat saya bertemu dengan orang baru, terkadang hanya sekedar basa – basi, namun tak jarang menjadi sebuah diskusi menarik, banyak pertanyaan yang diajukan mengenai kesiapan pemerintah Indonesia dalam mengembangkan teknologi nuklir, terutama pembangunan PLTN, jika itu mengenai ilmu kenukliran, sedikit banyak saya bisa menjawab, namun jika sudah menyangkut sikap pemerintah dan kebijakan yang diambil jika begini dan begitu. Duhh… saya jadi bingung mau jawab apa. Karena memang saya tidak berkecimpung langsung dalam birokrasi, jadi saya jelaskan saya tidak tahu hal itu. Mungkin mereka berpikir saya humas dari BATAN atau BAPETEN. Tak apa, siapa tau suatu saat saya berkesempatan menjadi juru bicara salah satu dari mereka. hehehe..
Ilmu saya di bidang kenukliran saya dapat saat kuliah, saya adalah lulusan DIV jurusan Teknokimia Nuklir, Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir. setelah lulus kuliah, Saya bekerja sebagai petugas proteksi radiasi atau disingkat sebagai PPR, saya juga mengantongi sertifikat Petugas Keamanan Sumber Radioaktif (PKSR) dari BAPETEN. Tugas pokoknya adalah melaksanakan pekerjaan yang berhubungan dengan Proteksi Radiasi. Ya.. melakukan pengawasan pekerjaan agar sesuai standar kesehatan, keamanan dan keselamatan kerja, membuat program proteksi radiasi, membuat laporan tertulis, dan masih banyak lagi. Untuk bekerja sebagai PPR, Saya harus melewati tahapan ujian dan memiliki surat ijin bekerja. Yah semacam pengendara motor harus punya sim C.
Jadi pemirsa, isu tentang keamanan nuklir ini telah menjadi isu global dan mendapatkan perhatian serius para pemimpin dunia pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Nuclear Security Summit (NSS) yang dilakukan setiap dua tahun sejak 2010 di Washington. Indonesia turut berperan aktif dalam pertemuan tersebut. Pemerintah Indonesia menyadari pentingnya mewujudkan keamanan nuklir, keamanan nuklir adalah salah satu elemen penting dalam terwujudnya keamanan nasional. karena penyalahgunaan zat radioaktif, instalasi nuklir dan fasilitas radiasi dapat menimbulkan bahaya yang mengancam keamanan berbangsa dan bernegara.
BAPETEN ditunjuk untuk memastikan kondisi keamanan nuklir nasional, Dalam melaksanakan fungsinya BAPETEN tidak bekerja sendiri, BAPETEN melakukan kerjasama dengan kepolisian untuk masalah keamanan, Kementrian Ristek dan Dikti untuk sosialisasi pemanfaatan dan perijinan pemanfaatan teknologi nuklir ke civitas akademika, dan juga International Atomic Energy Agency (IAEA). Jadi Nuklir itu aman, karena ada BAPETEN yang mengawasi. Buat kalian yang penasaran tentang BAPETEN, silahkan klik disini
notes : ditulis berdasarkan pengalaman pribadi saya beberapa waktu lalu, dengan sedikit penambahan cerita.